BERSANDAR HANYA PADA ALLAH
“Sebagian dari tanda-tanda orang
yang I’timad (menyandarkan diri) pada kekuatan amal usahanya adalah
berkurangnya pengharapan terhadap rahmat dan pengampunan Allah ketika ia
berbuat suatu kesalahan (dosa).”
I’timad
adalah membatasi kekuatan hanya pada satu perkara. I’timad mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan yang
diinginkan dan ia menganggap bahwa dengan melakukan suatu perbuatan tersebut
tjuannya akan tercapai, misalnya bekerja, ia percaya bahwa dengan bekerja ia
akan dapat memenuhi kbutuhan hidupnya.
Pada dasarnya syari’at Islam
menyuruh kita supaya beramal dan berusaha, tapi hakikat syari’at melarang kita
menyandarkan diri pada amal usaha kita, melainkan kita harus menyandarkan diri
kepada rahmat dan karunia Allah SWT. Sebagaimana makna yang terkandung dalam
kalimat Laa ilaaha illallah tiada Tuhan selain Allah, yang berarti
bahwa tiada tempat bersandar, berlindung dan berharap kecuali hanya kepada
Allah dan tidak ada yang dapat menghidupkan atau mematikan kecuali hanya Allah.
Allah SWT berfirman dalam surat
Yunus: 88, yang artinya “katakanlah: “dengan karunia Allah dan
rahmat Nya,hendaklah mereka berbahagia dengan itu. Karunia Allah dan rahmat Nya
adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
Dalam hal I’timad , manusia terbagi menjadi 3 macam, yaitu;
·
Orang yang menyandarkan diri pada amal
perbuatannya.
Biasanya orang seperti ini selalu berbuat
nekat dan tergesa-gesa. Ia berusaha melakukan perbuatan yang menjadi
sandarannya. Kedudukannya sama dengan Islam yakni melihat dari lahiriahnya
saja, karena orang dalam golongan ini hanya berputar-putar bersama amal dengan
raja’ (pengharapan) dan khauf (rasa takut akan kegagalan.)
·
Orang yang menyandarkan diri pada rahmat dan
karunia Allah
Orang dalam golongan ini memandang segala
sesuatu yang ada adalah anugerah dan karunia dari Allah, manusia tidak
mempunyai kekuatan untuk menghindar dari bahaya kesalahan dan tiada kekuatan
untuk berbuat amal kebajikan kecuali dengan pertolongan dan rahmat Allah. kedudukannya bagaikan iman,
karena ia berputar-putar bersama kekuasaan Allah baik dalam beramal maupun
tidak.
·
Orang yang menyandarkan diri pada pembagian dan
ketetapan yang telah ditentukan oleh Allah.
Orang seperti ini memandang sesuatu sebagai
takdir Allah. Kedudukannya sama dengan Ihsan, karena pandangannya pada Allah
untuk memandang dirinya sendiri.
Ciri-ciri orang seperti ini ialah ia selalu
pasrah dan menerima terhadap segala ketentuan Allah yang telah ditetapkan
kepadanya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar