Membahas Berbagai Masalah Agama, Tasawuf, Usuluddin, Fikih dan Lainnya.

Sabtu, 14 Mei 2016

Kajian Hikam 01 Syaikh Ibnu ‘Athaillah As sakandary



BERSANDAR HANYA PADA ALLAH
 
“Sebagian dari tanda-tanda orang yang I’timad (menyandarkan diri) pada kekuatan amal usahanya adalah berkurangnya pengharapan terhadap rahmat dan pengampunan Allah ketika ia berbuat suatu kesalahan (dosa).”

I’timad adalah membatasi kekuatan hanya pada satu perkara. I’timad mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan yang diinginkan dan ia menganggap bahwa dengan melakukan suatu perbuatan tersebut tjuannya akan tercapai, misalnya bekerja, ia percaya bahwa dengan bekerja ia akan dapat memenuhi kbutuhan hidupnya.
Pada dasarnya syari’at Islam menyuruh kita supaya beramal dan berusaha, tapi hakikat syari’at melarang kita menyandarkan diri pada amal usaha kita, melainkan kita harus menyandarkan diri kepada rahmat dan karunia Allah SWT. Sebagaimana makna yang terkandung dalam kalimat Laa ilaaha illallah tiada Tuhan selain Allah, yang berarti bahwa tiada tempat bersandar, berlindung dan berharap kecuali hanya kepada Allah dan tidak ada yang dapat menghidupkan atau mematikan kecuali hanya Allah.
Allah SWT berfirman dalam surat Yunus: 88, yang  artinya “katakanlah: “dengan karunia Allah dan rahmat Nya,hendaklah mereka berbahagia dengan itu. Karunia Allah dan rahmat Nya adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
Dalam hal I’timad , manusia terbagi menjadi 3 macam, yaitu;
·         Orang yang menyandarkan diri pada amal perbuatannya.
Biasanya orang seperti ini selalu berbuat nekat dan tergesa-gesa. Ia berusaha melakukan perbuatan yang menjadi sandarannya. Kedudukannya sama dengan Islam yakni melihat dari lahiriahnya saja, karena orang dalam golongan ini hanya berputar-putar bersama amal dengan raja’ (pengharapan) dan khauf (rasa takut akan kegagalan.)
·         Orang yang menyandarkan diri pada rahmat dan karunia Allah
Orang dalam golongan ini memandang segala sesuatu yang ada adalah anugerah dan karunia dari Allah, manusia tidak mempunyai kekuatan untuk menghindar dari bahaya kesalahan dan tiada kekuatan untuk berbuat amal kebajikan kecuali dengan pertolongan  dan rahmat Allah. kedudukannya bagaikan iman, karena ia berputar-putar bersama kekuasaan Allah baik dalam beramal maupun tidak.
·         Orang yang menyandarkan diri pada pembagian dan ketetapan yang telah ditentukan oleh Allah.
Orang seperti ini memandang sesuatu sebagai takdir Allah. Kedudukannya sama dengan Ihsan, karena pandangannya pada Allah untuk memandang dirinya sendiri.
Ciri-ciri orang seperti ini ialah ia selalu pasrah dan menerima terhadap segala ketentuan Allah yang telah ditetapkan kepadanya..

Tidak ada komentar: