Biografi Singkat Gusmus, dan Sebuah karya - Kharismatik Ulama Nusantara memang sudah tak di ragukan lagi, mulai dari keilmuannya yang beragam, ta'dzimnya pada masing-masing gurunya, serta kerendahan hatiannya yang luar biasa. Salah satu Ulama tersebut adalah KH. Achmad Mustofa Bisri yang sangat pantas sebagai panutan umat di Negeri Indonesia ini.
Nah, Inilah biografi singkat KH. Achmad Mustofa Bisri.
Bernama lengkap KH Achmad Mustofa Bisri merupakan sosok kyai yang juga penyair, novelis, pelukis, budayawan dan cendekiawan muslim. Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang Jawa Tengah merupakan putra dari Kyai Khos Bisri Mustofa, yang merupakan pendiri pondok pesantren yang diasauh Kyai Mustafa Bisri saat ini. Pernah mengenyam pendidikan di Al Azhar Kairo dengan mengambil jurusan studi keislaman dan bahasa arab. Kyai Mustafa Bisri seangkatan dengan Gus Dur.
Masa kecil Gus Mus di habiskan di beberapa sekolah atau madrasah. Beliau pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta yang kala itu di asuh oleh KH Ali Maksum. KH. Ali Maksum dan Ayahnya KH Bisri Mustofa sangat berpengaruh terhadap perjalanan hidupnya.
Ia menikahi Siti Fatimah. Dari kehidupan rumah tangganya, KH Mustafa Bisri dikarunia tujuh putra, dengan satu laki-laki- dan 6 perempuan. Si bungsu Mochamad Bisri Mustofa memilih tinggal di Madura.
Kyai NU ini telah melahirkan ratusan sajak yang dihimpun dalam buku-buku kumpulan puisi, antara lain : Kumpulan Puisi Balsem (1988), Tadarus ANtologi Puisi (1990), Pahlawan dan Tikus (1993), Rubaiyat dan Rumput (1994) dan Wekwekwek (1995), selain menulis puisi, Beliau juga kerap menulis prosa. Karyanya dalam bentuk prosa ia kumpulkan dalam sebuah buku yang berjudul Nyamuk Yang Perkasa dan Awas Manusia (1990).
KH. Mustofa Bisri merupakan warga NU tulen. Kerap dalam berbagai ceramah keagamaan, ia menyinggung tentang ke-NU-an. Namun dalam organisasi keagamaan terbesar ini ia kerap menolak berbagai jabatan dalam organisasi. Ia pernah digadang-gadang menjadi Ketua Umum PBNU, namun ia menolak. Bahkan ia menolak untuk di calonkan sebagai anggota DPR dan DPD.
Gus Mus seangkatan dengan Gus Dur. Keduanya pernah belajar di Kairo.
Dan Inilah salah satu karya Gus Mus
Nah, Inilah biografi singkat KH. Achmad Mustofa Bisri.
Bernama lengkap KH Achmad Mustofa Bisri merupakan sosok kyai yang juga penyair, novelis, pelukis, budayawan dan cendekiawan muslim. Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang Jawa Tengah merupakan putra dari Kyai Khos Bisri Mustofa, yang merupakan pendiri pondok pesantren yang diasauh Kyai Mustafa Bisri saat ini. Pernah mengenyam pendidikan di Al Azhar Kairo dengan mengambil jurusan studi keislaman dan bahasa arab. Kyai Mustafa Bisri seangkatan dengan Gus Dur.
Masa kecil Gus Mus di habiskan di beberapa sekolah atau madrasah. Beliau pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta yang kala itu di asuh oleh KH Ali Maksum. KH. Ali Maksum dan Ayahnya KH Bisri Mustofa sangat berpengaruh terhadap perjalanan hidupnya.
Ia menikahi Siti Fatimah. Dari kehidupan rumah tangganya, KH Mustafa Bisri dikarunia tujuh putra, dengan satu laki-laki- dan 6 perempuan. Si bungsu Mochamad Bisri Mustofa memilih tinggal di Madura.
Kyai NU ini telah melahirkan ratusan sajak yang dihimpun dalam buku-buku kumpulan puisi, antara lain : Kumpulan Puisi Balsem (1988), Tadarus ANtologi Puisi (1990), Pahlawan dan Tikus (1993), Rubaiyat dan Rumput (1994) dan Wekwekwek (1995), selain menulis puisi, Beliau juga kerap menulis prosa. Karyanya dalam bentuk prosa ia kumpulkan dalam sebuah buku yang berjudul Nyamuk Yang Perkasa dan Awas Manusia (1990).
KH. Mustofa Bisri merupakan warga NU tulen. Kerap dalam berbagai ceramah keagamaan, ia menyinggung tentang ke-NU-an. Namun dalam organisasi keagamaan terbesar ini ia kerap menolak berbagai jabatan dalam organisasi. Ia pernah digadang-gadang menjadi Ketua Umum PBNU, namun ia menolak. Bahkan ia menolak untuk di calonkan sebagai anggota DPR dan DPD.
Gus Mus seangkatan dengan Gus Dur. Keduanya pernah belajar di Kairo.
Dan Inilah salah satu karya Gus Mus
KALAU KAU SIBUK KAPAN KAU SEMPAT
Kalau kau sibuk berteori saja
Kapan kau sempat menikmati mempraktekkan teori?
Kalau kau sibuk menikmati praktek teori saja
Kapan kau memanfaatkannya?
Kalau kau sibuk mencari penghidupan saja
Kapan kau sempat menikmati hidup?
Kalau kau sibuk menikmati hidup saja
Kapan kau hidup?
Kalau kau sibuk dengan kursimu saja
Kapan kau sempat memikirkan pantatmu?
Kalau kau sibuk memikirkan pantatmu saja
Kapan kau menyadari joroknya?
Kalau kau sibuk membodohi orang saja
Kapan kau sempat memanfaatkan kepandaianmu?
Kalau kau sibuk memanfaatkan kepandaianmu saja
Kapan orang lain memanfaatkannya?
Kalau kau sibuk pamer kepintaran saja
Kapan kau sempat membuktikan kepintaranmu?
Kalau kau sibuk membuktikan kepintaranmu saja
Kapan kau pintar?
Kalau kau sibuk mencela orang lain saja
Kapan kau sempat membuktikan cela-celanya?
Kalau kau sibuk membuktikan cela orang saja
Kapan kau menyadari celamu sendiri?
Kalau kau sibuk bertikai saja
Kapan kau sempat merenungi sebab pertikaian?
Kalau kau sibuk merenungi sebab pertikaian saja
Kapan kau akan menyadari sia-sianya?
Kalau kau sibuk bermain cinta saja
Kapan kau sempat merenungi arti cinta?
Kalau kau sibuk merenungi arti cinta saja
Kapan kau bercinta?
Kalau kau sibuk berkhutbah saja
Kapan kau sempat menyadari kebijakan khutbah?
Kalau kau sibuk dengan kebijakan khutbah saja
Kapan kau akan mengamalkannya?
Kalau kau sibuk berdzikir saja
Kapan kau sempat menyadari keagungan yang kau dzikiri?
Kalau kau sibuk dengan keagungan yang kau dzikiri saja
Kapan kau kan mengenalnya?
Kalau kau sibuk berbicara saja
Kapan kau sempat memikirkan bicaramu?
Kalau kau sibuk memikirkan bicaramu saja
Kapan kau mengerti arti bicara?
Kalau kau sibuk mendendangkan puisi saja
Kapan kau sempat berpuisi?
Kalau kau sibuk berpuisi saja
Kapan kau memuisi?
(Kalau kau sibuk dengan kulit saja
Kapan kau sempat menyentuh isinya?
Kalau kau sibuk menyentuh isinya saja
Kapan kau sampai intinya?
Kalau kau sibuk dengan intinya saja
Kapan kau memakrifati nya-nya?
Kalau kau sibuk memakrifati nya-nya saja
Kapan kau bersatu denganNya?)
“Kalau kau sibuk bertanya saja
Kapan kau mendengar jawaban!”
1987
Dan Masih banyak yang lainnya karya Beliau yang tertulis, baik puisi, cerpen, lukisan dan lainnya. Semoga kita bisa mengikuti jejaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar