Membahas Berbagai Masalah Agama, Tasawuf, Usuluddin, Fikih dan Lainnya.

Selasa, 21 Juni 2016

KAJIAN KITAB AL HIKAM BAB 23, 24, 25, 26 SYAIKH AHMAD IBNU ‘ATHAAILLAH AS SAKANDARY

BAB 23 HUKUM PERMOHONAN KEPADA ALLAH DAN SELAIN ALLAH

“Permohonanmu dari Allah berarti menuduh kepada Allah, permohonanmu kepada Allah berarrti khawatir Allah tidak akan memberi (rizki) kepadamu, permohonanmu kepada selain Allah adalah karena sedikitnya rasa malumu kepada Allah dan permohonanmu dari selain Allah adalah sebab engkau merasa jauh dari Nya”.

Bila engkau memohon rizki kepada Allah atau apa saja yang bermanfaat bagimu baik di dunia maupun akhirat, hal itu mengandung kecurigaan kepada Allah. Bagi kita yang paling penting adalah menjalankan tugas dan kewajiban kita yaitu beribadah kepada Allah, apa yang menjadi janji Allah pada orang yang bertaqwa pasti akan terwujud, sebagai mana firman Allah dalam surat At Thalaq ayat 2-3, yang artinya: “Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluardan memberi rizki yang tanpa disangka-sangkanya”.

Permohonan kepada Allah maksudnya permintaanmu untuk taqarrub kepada Allah adalah sebab dirimu merasa ghaib dari sisi Allah. Permohonanmu kepada selain Allah itu karena sedikitnya rasa malu kepada Allah, karena jika dirimu malu kepada Allah tentu tentu tidak akan pernah berpaling dari selain Nya. Permohonamu dari selain Allah, seperti meminta kepada manusia adalah dikarenakan engkau jauh dari Allah, karena jika dirimu dekat pada Allah tentu selain Allah akan jauh darimu.

Jadi permohonanmu kepada Allah atau pada selain Allah itu sama-sama tidak baik, yang benar adal;ah kita memohon agar tetap bisa melaksanakan perintah-perintah Allah atau melahirkan hajatnya (butuhnya) dirimu kepada Allah,

BAB 24 TAKDIR ALLAH PADA SETIAP HEMBUSAN NAFAS

“Tidak ada satupun hembusan nafas baik yang keluar ataupun masuk darimu melainkan baginya ada takdir Allah yang berlaku padamu”

Pada setiap hembusan nafas baik yang masuk ataupun dikeluaran pasti ada takdir Allah terhadap kita, karena setiap nafas menjadi wadah takdir dari Allah berupa empat hal, yaitu taat, ma’siat, ni’mat dan bala. Untuk itu sebagai hamba sudah semestinya kita selalu merasakan setiap hembusan nafs kita dengan selalu berdzikir pada Allah agar selalu terlindung dari ketergelinciran  atau bahkan kehilangan arah dari tujuan hidup yang sejati.

BAB 25 JANGAN PERNAH MENUNDA-NUNDA WAKTUMU

“Jangan menantikan selesai (habis) nya hal-hal selain Allah (yang menjadi penghalang dari Allah), sebab hal itu akan memutuskanmu dari wujudnya muraqqabah kepada Allah pada apa yang Allah tempatkan kepadamu”.

Jika dirimu menjalankan ibadah seperti shalat dan lain-lain, jangan menunggu kosongnya hati dari selain Allah, tapi usahaknlah selalu menjalankan ibadah dengan muraqqabah, sebab bila dirimu menunggu kosongnya hati dari selain Allah itu akan menjauhkanmu dari muraqqabah.

Bila engkau berada pada waktu  senja, maka jangan menuinggu datangnya pagio, demikian bila engkau berada diwaktu pagi jangan menunggu sore. Pergunakanlah kesempatan di waktu muda , sehat, kuat dan kaya untuk menghadapi masa tua, sakit, lemah dan miskin.

Sahal bin Abdullah At Tustary berkata: Jika tiba waktu malam maka jangan mengharap datangnya siang hari, sehingga engkau menunaikan hak Allah pada malam itu dan menjaga benart-benar hawa nafsumu, demikian pulabila engkau berada di waktu pagi hari.

BAB 26 KESUKARAN DAN KESULITAN ADALAH SIFAT DUNIA

“Jangan heran atas terjadinya kesukaran-kesukaran selama engkau berada di dunia, seab ia tidak melahirkan kecuali yang layak atau asli menjadi sifatnya”.

Selama dirimu berada di dunia jangan heran akan tejadinya sesuatu yang menyulitkan dirimu, sebab segala sesuatu yang menyusahkan dirimu sudah menjadi sifat dunia, tidak bisa lepas. Rasulullah saw bersabda kepada Abdullah bin Mas’ud: “Jika engkau dapat beramal karena Allah dengan rela dan keyakinan, maka laksanakanlah, jika tidak dapat maka  sabarlah. Maka sesungguhnya sabar menghadaoi kesukaran itu suatu keuntungan yang amat besar.

Syaikh Junaid Al baghday ra. Berkata: “Aku tidak merasa keji terhadap apa yang menimpa pada diriku, sebab saya telah berpendirian bahwa dunia ini tempat kerisauan dan ujian, dan alam ini diliputi oleh bencana, maka sudah selayaknya ia menyambutku dengan kerisauan dan kesukaran, maka apabila ia menyambutku dengan kesenangan maka itu berarti suatu karunia dan kelebihan”.


Abdullah bin Mas’ud ra. Berkata: “Dunia adalah kerisauan dan duka cita, maka apabila terdapat kesenangan di dalamnya berarti laba dan keuntungan”.

Tidak ada komentar: