BAB 23 HUKUM
PERMOHONAN KEPADA ALLAH DAN SELAIN ALLAH
“Permohonanmu dari Allah berarti menuduh kepada Allah, permohonanmu
kepada Allah berarrti khawatir Allah tidak akan memberi (rizki) kepadamu,
permohonanmu kepada selain Allah adalah karena sedikitnya rasa malumu kepada
Allah dan permohonanmu dari selain Allah adalah sebab engkau merasa jauh dari
Nya”.
Bila engkau memohon rizki kepada Allah atau apa saja yang
bermanfaat bagimu baik di dunia maupun akhirat, hal itu mengandung kecurigaan
kepada Allah. Bagi kita yang paling penting adalah menjalankan tugas dan
kewajiban kita yaitu beribadah kepada Allah, apa yang menjadi janji Allah pada
orang yang bertaqwa pasti akan terwujud, sebagai mana firman Allah dalam surat
At Thalaq ayat 2-3, yang artinya: “Barangsiapa
yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluardan
memberi rizki yang tanpa disangka-sangkanya”.
Permohonan kepada Allah maksudnya permintaanmu untuk
taqarrub kepada Allah adalah sebab dirimu merasa ghaib dari sisi Allah. Permohonanmu
kepada selain Allah itu karena sedikitnya rasa malu kepada Allah, karena jika
dirimu malu kepada Allah tentu tentu tidak akan pernah berpaling dari selain
Nya. Permohonamu dari selain Allah, seperti meminta kepada manusia adalah
dikarenakan engkau jauh dari Allah, karena jika dirimu dekat pada Allah tentu
selain Allah akan jauh darimu.
Jadi permohonanmu kepada Allah atau pada selain Allah itu
sama-sama tidak baik, yang benar adal;ah kita memohon agar tetap bisa
melaksanakan perintah-perintah Allah atau melahirkan hajatnya (butuhnya) dirimu
kepada Allah,
BAB 24 TAKDIR ALLAH
PADA SETIAP HEMBUSAN NAFAS
“Tidak ada satupun hembusan nafas baik yang keluar ataupun masuk darimu
melainkan baginya ada takdir Allah yang berlaku padamu”
Pada setiap hembusan nafas baik yang masuk ataupun dikeluaran
pasti ada takdir Allah terhadap kita, karena setiap nafas menjadi wadah takdir
dari Allah berupa empat hal, yaitu taat, ma’siat, ni’mat dan bala. Untuk itu
sebagai hamba sudah semestinya kita selalu merasakan setiap hembusan nafs kita
dengan selalu berdzikir pada Allah agar selalu terlindung dari
ketergelinciran atau bahkan kehilangan
arah dari tujuan hidup yang sejati.
BAB 25 JANGAN PERNAH MENUNDA-NUNDA
WAKTUMU
“Jangan menantikan selesai (habis) nya hal-hal selain Allah (yang
menjadi penghalang dari Allah), sebab hal itu akan memutuskanmu dari wujudnya
muraqqabah kepada Allah pada apa yang Allah tempatkan kepadamu”.
Jika dirimu menjalankan ibadah seperti shalat dan lain-lain,
jangan menunggu kosongnya hati dari selain Allah, tapi usahaknlah selalu
menjalankan ibadah dengan muraqqabah, sebab bila dirimu menunggu kosongnya hati
dari selain Allah itu akan menjauhkanmu dari muraqqabah.
Bila engkau berada pada waktu senja, maka jangan menuinggu datangnya pagio,
demikian bila engkau berada diwaktu pagi jangan menunggu sore. Pergunakanlah kesempatan
di waktu muda , sehat, kuat dan kaya untuk menghadapi masa tua, sakit, lemah
dan miskin.
Sahal bin Abdullah At Tustary berkata: Jika tiba waktu malam
maka jangan mengharap datangnya siang hari, sehingga engkau menunaikan hak
Allah pada malam itu dan menjaga benart-benar hawa nafsumu, demikian pulabila
engkau berada di waktu pagi hari.
BAB 26 KESUKARAN DAN
KESULITAN ADALAH SIFAT DUNIA
“Jangan heran atas terjadinya kesukaran-kesukaran selama engkau berada di
dunia, seab ia tidak melahirkan kecuali yang layak atau asli menjadi sifatnya”.
Selama dirimu berada di dunia jangan heran akan tejadinya
sesuatu yang menyulitkan dirimu, sebab segala sesuatu yang menyusahkan dirimu
sudah menjadi sifat dunia, tidak bisa lepas. Rasulullah saw bersabda kepada
Abdullah bin Mas’ud: “Jika engkau dapat beramal karena Allah dengan rela dan
keyakinan, maka laksanakanlah, jika tidak dapat maka sabarlah. Maka sesungguhnya sabar menghadaoi
kesukaran itu suatu keuntungan yang amat besar.
Syaikh Junaid Al baghday ra. Berkata: “Aku tidak merasa keji
terhadap apa yang menimpa pada diriku, sebab saya telah berpendirian bahwa
dunia ini tempat kerisauan dan ujian, dan alam ini diliputi oleh bencana, maka
sudah selayaknya ia menyambutku dengan kerisauan dan kesukaran, maka apabila ia
menyambutku dengan kesenangan maka itu berarti suatu karunia dan kelebihan”.
Abdullah bin Mas’ud ra. Berkata: “Dunia adalah kerisauan dan
duka cita, maka apabila terdapat kesenangan di dalamnya berarti laba dan
keuntungan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar