BAB 27
HUKUM PERMINTAAN YANG BERSANDAR PADA
ALLAH DAN KEKUATAN DIRI
“Tidak akan pernah berhenti suatu permintaan yang engkau sandarkan
kepada tuhanmu, dan tidak mudah tercapai suatu permintaan yang engkau sandarkan
pada kekuatan yang berada pada dirimu sendiri”.
Jika engkau memohon apa saja yang `engkau panjatkan kepada
Allah dengan hudhurul qolbi (menghadirkan
hati) serta bersandar hanya kepada Allah, pasti permohonanmu tersebut akan
berhasil. Sebaliknya jika engkau ingin menggapai suatu maksud dengan
mengandalkan amal perbuatan dan kekuatanmu sendiri, dan kemudian tidak
menyertakan Allah didalamnya, maka tentu yanng engkau maksudkan akan sulit
untuk tercapai.
Semisal, seorang hamba menghendaki keberhasilan dalam urusan
dunia, baik harta, jabatan atau apapun, ia hanya mengandalkan dirinya sendiri
tanpa melibatkan Allah didalamnya, maka ia akan sangat sulit untuk mewujudkan
cita-citanya tersebut. Bisa jadi begitu melangkah, cobaan demi cobaan sudah
menghampiri yang kemudian mengakibatkan munculnya sikap pesimistis dan tidak
percaya diri, akhirnya ia gagal untuk memperoleh keberhasilan yang ia impikan.
Untuk itu, kita sebagai hamba harus terus menerus
menghadirkan Allah dalam kondisi seperti apapun, sehingga kalaupun cobaan silih
berganti tapi tetap dikuatkan hatinya oleh Allah.
BAB 28
TANDA LULUSNYA PERJUANGAN
“Suatu tanda akan lulusnya seseorang pada akhir perjuangannnya adalah
mengembalikan kepada Allah sejak memulai perjuangannya”.
Tanda lulusnya perjuangan seseorang adalah tawakkal kepada
Allah sejak permulaannya. Maksudnya kembali kepada Allah yaitu memasrahkan
sepenuhnya kepada Allah masalah hasil atau tidaknya perjuangan tersebut dan
selalu memohon pertolongan Allah, tidak hanya mengandalkan pada amal ibadahnya.
Seorang arif berkata: “Siapa yang
menyangka bahwa ia akan dapat wushul (sampai)
kepada Allah, dengan perantaraan selain Allah, pasti akan putus karenanya. Dan siapa
yang beribadah bersandar pada kekuatan dirinya, maka diserahkan oleh Allah pada
kekuatan dirinya, yakni hanya sampai di situ saja, sehingga tidak bisa mencapai
bagian-bagian yang hanya dapat dicapai dengan tawakkal dan menyandarkan diri
kepada Allah”.
“Barang siapa bercahaya pada
permulaan (bidayah) nya, maka
bercahaya pula pada akhir (nihayah)
nya”.
Yang dimaksud bidayah yaitu ketika ketika masih berada dalam keadaan salik, sedang nihayah yaitu ketika akan wushul
(sampai) kepada Allah. Bercahaya bidayah yaitu menggunakan semua waktunya untuk
beribadah. Bercahaya nihayahnya berarti wushul kepada Allah dengan sempurna.
BAB 29 NUR ILAHI AKAN TAMPAK PADA
ANGGOTA LAHIR (FISIK)
“Apa yang tersembunyi dalam
rahasia ghaib, yaitu yang berupa nur ilahi dan ma’rifat, pasti akan tampak
bekas (pengaruh) nya pada anggota lahir (fisik)”.
Jika seorang hamba hatinya
terdapat nur ma’rifat dan
macam-macamnya ma’rifat, apa yang berada dalam hatinya akan terlihat pada
anggota lahiriyahnya, seperti pada wajah, tingkah laku dan sebagainya. Abu
Hafsh barkata: “Bagusnya adab kesopanan membuktikan adanya adab yang ada di
dalam bathin”.
Abu Thalib Al Makkiy juga
mengatakan, bahwa Allah telah menunjukkan tanda (bukti) seorang kafir, yaitu
bila disebut nama Allah mereka mengejek dan enggan juga tidak mau menerima kebenarannya.
BAB 30 DALIL ADANYA ALLAH DAN ADANYA ALAM
“Jauh berbeda antara orang yang
berdalil bahwa adanya Allah menunjukkan adanya alam, dengan orang yang berdalil
bahwa adanya alam inilah yang menunjukkan adanya Allah. Orang yang berdalil
adanya Allah menunjukkan adanya alam, yaitu orang yang mengenal hak dan
meletakkan pada tempatny, sehingga menetapkan adanya sesuatu dari asal
muasalnya. Sedang orang yang berdalil bahwa adanya alam menunjukkan adanya Allah,
karena ia tidak/belum sampai kepada Allah. Maka bilakah Allah itu ghaib
sehingga memerlukan dalil untuk mengetahui Nya. Dan bilakah Allah itu jauh
sehingga adanya alam bisa menyampaikan kepadanya”.
Dalam surat An nahl ayat 78, Allah
berfirman: “Dan Allah telah mengeluarkan
kamu dari perut ibumu tidak mengetahui apa-apa, kemudian Allah memberi kepadamu
pendengaran dan penglihatanserta perasaan, supaya kamu bersyukur”.
Memang asal mula kejadian manusia
itu bodoh tidak mengetahui apa-apa kemudian Allah memberinya alat untuk
mengetahui dan mengenal Nya, yaitu pendengaran, penglihatan, perasaan dan
pikiran. Tujuannya dalah supaya manusia bersyukur, sebab dengan syukur tersebut
manusia sempurna dan sejahtera hidupnya, yaitu setelah mengenal kepada Allah
yang menjadikan dan menjamin segala kebutuhan dan keinginannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar