Membahas Berbagai Masalah Agama, Tasawuf, Usuluddin, Fikih dan Lainnya.

Senin, 20 Juni 2016

KAJIAN KITAB AL HIKAM BAB 19, 20, 21, 22 SYAIKH AHMAD IBNU ‘ATHAAILLAH AS SAKANDARY

BAB 19 TAKDIR ALLAH ADA PADA SETIAP WAKTU

“ Kebodohan tidak akan meninggalkan sesuatu pada orang yang berharap bisa mengadakan sesuatu dalam satu masa, selain apa yang dijadikan Allah pada masa itu.”

Orang yang sangat bodoh adalah orang yang pada satu waktu mempunyai harapan bisa mengadakan sesuatu selain hal yang telah dijadikan oleh Allah baginya pada waktu tersebut. Kapan orang tersebut telah mapan pada satu pekerjaan dan tidak melanggar aturan Allah, maka ia tidak boleh berpindah pada pekerjaan lain atau pindah ke maqam tajrid, orang yang berada di maqam tajrid tidak boleh berpindah ke maqam kasab (mencari kerja),  hingga Allah memindah orang tersebut yang biasanya disertai dengan tanda-tanda.

Sungguh amat bodoh orang yang akan melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Allah Swt., karena tiada suatu saat yang berjalan melainkan di situ ada takdir Allah yang dilaksanakan,. Allah berfirman dalam surat  Ar rahman: 29, yang artinya : “ setiap saat Dia (Allah) menentuka suatu urusan.”

Oleh karena itu seorang hamba sebaiknya berserah diri dengan sempurna dan dengan kerelaan hati kepada ketentuan Allah pada setiap waktu, sebab ia harus percaya kepada rahmat dan kebijaksanaan kekuasaan Allah.

BAB 20 HUKUM PENUNDAAN BERAMAL PADA WAKTU LUANG

“ Penundaanmu beramal (kebajikan) pada saat adanya waktu luang menandakan kebodohan yang mempengaruhi jiwa.”

Jika ada orang yang ingin mencapai maq                am ihsan (ma’rifat) lalu pada saat waktu luang (kosong) tidak segera beribadah tapi selalu menunda melaksanakannya, hal itu disebabkan karena kebodohan kebodohan yang mempengaruhi jiwanya. Jadi bilaada waktu kosong dari pekerjaan dunia, usahakanlah sesegera mungkin diisi dengan melakukan ibadah.

Kebodohan yang mempengaruhi jiwa disebabkan tiga hal, yaitu:
·         Karena ia mengutamakan duniawi
·         Menunda beramal kepada masa yang ia sendiri tidak mengetahui apakah ia akan mendapatkan kesempatan itu (lagi).
·         Lemahnya azam, niat dan hasrat

BAB 21 HUKUM MEMINTA PINDAH DARI SUATU MAQOM

“ Jangan engkau meminta kepada Allah agar mengeluarkanmu dari suatu hal (pindah) pada hal yang lain, sebab sekiranya Allah menghendakinya tentu Dia telah memindahkanmu tanpa merubah keadaanmu (yang lemah).”

Oarang yang suluk (ingin mencapai maqam ma’rifat) itu juga bis ajuga mempunyai pandangan bahwa apa yang dialaminya setiap hari, seperti bekerja, mengaji dan mengajar adalah hal yang merintangi hatinya menghadap kepada Allah. Lalu ia memohon kepada Allah supaya Allah mengeluarkan dirinya dari apa yang dialaminya setiap hari, gagasan dan permohonan  seperti itu adalah kurang tepat. Sebab jika Allah menghendaki seseorang untuk menjadi kekasihnya, bisa jadi Allah menempatkan orang tersebut jadi orang yang giat beribadah tanpa meninggalkan apa yang dialaminya setiap hari, semua itu tergantung pada keinginan dan persiapannya sendiri

Allah menjadikan manusia dengann segala hajat kebutuhannya, maka manusia tidak perlu khawatir, ragu atau jemu terhadap sesuatu pemberian Allah, meskipun berbentuk penderitaan bala’ pada lahirnya, tapi pada hakikatnya adalah nikmat yang amat besarbila tabah dan rela menghadapinya sebab tidak ada sesuatu yang tidak terbit dari rahmat dan hikmah Allah.

BAB 22 UJIAN BAGI SALIK (ORANG YANG BERJALAN MENUJU MA’RIFAT ALLAH)

“ Tiada berkehendak semangat seorang salik (orang yang berjalan menuju ma’rifat Allah  untuk berhenti saat terbuka baginya (sesuatu yang ghaib), melainkan ia diperingatkan oleh suara hakikat ma’rifat Allah: “Yang kau cari (jauh) berada di depanmu”. Dan tidak tampak baginya keindahan ciptaan Allah melainkan ia diperingatkan oleh hakikat ciptaan Allah: “Sesungguhnya kita adalah fitnah (ujian bagimu), maka janganlah kamu menjadi kafir”.

 Seorang salik (orang yang sedang berjalan menuju ma’rifat Allah) biasanya dibukakan hatinya oleh Allah hingga bisa mengetahui berbagai macam rahasia ciptaan Allah, hukum atau yang lainnya. Semisal hal-hal ghaib yang belum pernah ia ketahui sebelumnya.

Bila salik sudah sampai titik tersebut, maka ia memiliki prasangka bahwa tujuannya telah tercapai, lalu ia berhenti, saat si salik berhenti maka hakikat ma’rifat Allah berkata: “Teruslah berjalan dan jangan berhenti, bukan itu yang kau cari, yang kau cari masih berada jauh di depanmu”.

Terkadang seorang salik juga diperlihatkan oleh Allah dengan keindahan-keindahan ciptaan Allah, seperti diberikan rizki yang melimpah dan lain sebagainya. Hal ini bisa membuat orang lupa diri dan senang hingga melupakan tujuannya semula yaitu ma’rifat kepada Allah, pada saat seperti ini hakikat ciptaan Allah berkata: “Aku adalah fitnah yang Allah ujikan kepadamu, maka janganlah terpedaya olehku hingga menjadikanmu kafir”.


Dalam berjalan menuju ma’rifat Allah jangan menoleh kepada yang lain (selain Allah, seperti harta dan keindahan dunia) yang akan menghambat perjalananmu. Tapi gunakanlah setiap waktumu dengan berdzikir dan mendekatkan diri kepada Allah, karena hal itu bisa menjadi benteng pertahananmu. 

Tidak ada komentar: