Membahas Berbagai Masalah Agama, Tasawuf, Usuluddin, Fikih dan Lainnya.

Jumat, 27 Mei 2016

KAJIAN HIKAM BAB 04, 05, 06 SYAIKH “ATHAAILLAH AS SAKANDARY



BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM.....

BAB 04.  SEGALA  KEBUTUHAN MANUSIA SUDAH DIATUR OLEH ALLAH 

Istirahatkanlah dirimu dari memikirkan duniamu, karena sudah ada yang menjamin duniamu Ia adalah Allah, maka janganlah  sekal-kali engkau menghabiskan pikiranmu untuk urusan duniamu”.
Yang dimaksud Tadbir ialah merencanakan sesuatu hal yang akan diusahakan pada suatu hari nanti dengan disertai rasa takut akan hasil yang diperoleh, dan ia tidak memasrahkan hasilnya pada Allah.
Kita sebagai hamba Allah memang diwajibkan berusaha dan bekerja guna memenuhi kebutuhan hidup kita, akan tetapi setelah berusaha dan bekerja janganlah mengkhawatirkan hasil yang akan kita peroleh nantinya, apakah hasilnya sesuai yang diharapkan atau tidak sebaiknya kita serahkan sepenyhnya kepada Allah saja. Karena Dialah yang lebih tahu mana yang terbaik untuk kita.
Apapun pekerjaan yang sedang kita jalani hari ini, lakukanlah dengan suka rela dan usahakan untuk mengikhlaskan hati kita untuk mengerjakannya. Meskipun apa yang sekarang bukanlah yang diinginkan teapi Allah sudah mengatur itu. Karena Allah akan memberi kepada hamba Nya yang Ia kasihi apa yang dibutuhkan oleh hamba tersebut  bukan apa yang diinginkannya. Dan apa yang Allah berikan untuk hamba Nya pastilah itu yang terbaik untuk si hamba.
Misal, kita menginginkan kendaraan mewah yang terparkir di rumah kita, kemudian kita berusaha sekuat tenaga untuk meraihnya, tak kenal siang dan malam tetap bekerja. Namun ternyata apa yang diinginkannya tidaklah kesampaian jangankan kendaraan mewah untuk bertahan hidup saja susah. Mungkin disaat itulah kita harus sadar bahwa yang terbaik untuk kita bukanlah kekayaan dan kemewahan itu. Allah terlalu sayang kepada kita sehingga Ia tak mengizinkan kita untuk tergelincir dalam lembah kesesatan dikarenakan kemewahan tersebut. Kembalilah pad diri lihatlah ni’mat yang ada padamu lalu bersyukurlah,rasalah dengan hati betapa ni’mat Allah yang diberikan kepada kita sebegitu besarnya hingga kita sendiri tak akan mampu menghitungnya.
BAB 05 TANDA-TANDA BUTANYA MATA HATI
KESUNGGUHANMU UNTUK MENCAPAI SESUATU YANG TELAH DIJAMIN PASTI BAGIMU DAN KETLEDORANMU TERHADAP KEWAJIBAN YANG DIAMANATKAN KEPADAMU MENUNJUKKAN BUTANYA MATA HATIMU”. 

                Kata Ijtihad disini mengisyaratkan bahwa mencari rizki tanpa kegigihan yang sangat tidak akan menurunkan kedudukan ibadahmu di sisi Allah, bahkan kadang itulah yang dicari.
                Adapun tanda-tanda tidak memiliki kesungguhan dalam mencari rizki adalah Ridha (rela) terhadap apa yang terjadi, hanya takut kepada Allah pada saat mencari rizki dan menjag tata krama dalam bekerja.
                Jika kesungguhanmu dalam bekerja menyibukkanmu dalam kesibukan duniawi yang menyebabkanmu menyepelekan perintah Tuhan mu maka disaat itulah hatimu sedang mengalami kebutaan yang nyata. Ingat, terkadang Allah menyiksa hambaNya bukan hanya dengan musibah dan kesengsaraan lahir, melainkan yang jarang terasa, rasa enggan untuk menjalankan perintahNya dan rasa ringan untuk melakukan ma’siat itu  juga merupakan siksa dari Allah.
                Penulis mengakhiri bab enam ini dengan mengutip  Firman Allah dalam Al Qur’an surat Thaha ayat 132, yang artinya;  Perintahkanlah kepada keluargamu supaya mendirikan Shlat dan sabarlah dalam melaksanakannya, Kami (Allah) tidak menuntutmu agar mencari rezeki, Kami (Allah) yang menjamin rezekimu, dan akibat (kemenangan yang terakhir) adalah bagi orang yang bertaqwa”.
BAB 06 SEMUA DOA PASTI AKAN DIKABULKAN

Janganlah keterlambatan pemberian Tuhan kepadamu, padahal engkau telah bersungguh-sungguh dalam berdoa (Ilhah) menjkadikanmu putus harapan, sebab Allah telah menjamin menerima semua doa sesuai apa yang dikehendaki Nya untukmu bukan menurut kehendakmu, dan pada waktu yang ditentukan Nya bukan pada waktu yang engkau tentukan”.
                Yang dimaksud Ilhah (bersungguh-sungguh) adalah berulang-ulang dalam memohon (berdoa). Ilhah itu perlu, sebagaiman sabda Rasulullah saw: “ sesungguhnya Allah menyukai orng yang bersungguh-sungguh dalam doanya”.
Dalam berdoa manusia menjadi 3 macam:
1.       Orang yang berdoa kepada Allah dengan kepasrahan total, baik doa itu dikabulkan oleh Allah ataupun tidak semua diserahkan kepada Nya. Orang seperti ini jika pasrahnya benar maka bisa memperoleh keridhaan Allah dan hatinya selalu bergantung kepada Allah, baik doanya dikabulkan ataupun tidak, dia tidak boleh berhenti dalam berdoa hanya disebabkan lamanya pengabulan doa tersebutatau karena hal lain.
2.       Orang yang selalu berada dalam rahmat Allah dan percaya dengan janji Allah bahwa setiuap doa pasti akan dikabulkan, dia selalu menunggu keputusan Allah. Orang seperti ini selalu menyalahkan dirinya karena keteledorannya dan mungkin ada syarat doa yang belum terpenuhi hingga doanya tidak (belum) dikabulkan oleh Allah. Sebab hal ini dia berputus asa untuk berdoa dan hanya mengharapkan opemberian dari Allah.
3.       Orang yng selalu berdiam diri dalam rahmat Allah karena adanya suatu pamrih, menyebutkan alasan yang menyebabkan berdoa, dia selalu lupa dan beharap terkabulnya doa .orang seperti ini kadang ragu terhadap janji Allah bingung dan akhirnya putus asa yang tiada sebabnya.
                Kita tidak boleh putus asa dalam berdoa, karena Allah telah berjanji bahwa jika kita mau berdoa, Allah pasti akan mengabulkannya. Akan tetapi yang perlu diingat adalah dikabulkannya doa tersebut adalah sesuai yang dikehendaki Allah bukan atas kehendak kita dan waktunya pun sesuai dengan kehendak Allah, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Qashas yang artinya : “ Tuhan mu lah yang menjadikan segala yang dikehendakiNya dan memilihNya  sendiri, tiada hak bagi mereka memilih”.
                Rasulullah saw bersabda bahwa setiap doa pasti akan memperoleh satu diantara tiga hal, yaitu:
  • ·         Adakalanya doa dikabulkan di dunia sesuai dengan permohonannya.
  • ·         Adakalanya pahala dari doa tersebut diwujudkan sebagai pahala kelak di akhirat.
  • ·         Adakalanya Allah menjauhkan bala’ (bencana) yang seimbang dengan permohonannya.
                Sedangkan wujud dan waktu dikabulkannya doa tersebut sesuai dengan kehendakdan pilihan Allah, dikarenakan;
  • Bisa jadi bila dikabulkan sesuai permohonannya akan merusak orang yang berdoa, baik dalam urusan agama maupun dunianya. 
  •  Agar hamba tersebut mengerti kekuasaan Allah dan agar hamba tidak mendikte/menghukumi Allah tetapiu Allahlah yang membuat hukum bagi hamba Nya. 
  •  Karena maksudnya orang diperintah berdoa supaya menunjukkan kefakiran (kemiskinan) nya di hadapan Allah.

Tidak ada komentar: