BAB 07. JANGAN PERNAH ENGKAU
MERAGUKAN JANJI ALLAH
“Jangan engkau meragukan janji Allah, dikarenakan
tidak terjadinya apa yang telah dijanjikan Nya meskipun telah tiba waktunya,
agar supaya tidak menjadikan cacatnya mata hatimu dan memadamkan cahaya dalam
hatimu”.
Sebagai
hamba Allah kita tidak pernah tahu kapan Allah akan menurunkan karunia Nya
kepada kita, tetapi jika kita melihat tanda-tandanya dan mengira bahwa telah tiba saatnya RAHMAT
KARUNIA Allah turun, padahal bagi Allah belum memenuh syarat yang di kehendaki
Nya, maka apabila tidak terjadi apa yang kita sangka tersebut hendaklah kita
tidak ragu terhadap kebenaran janji Allah.
Sebagaimana yang terjadi pada zaman Rasulullah saw,
yaitu sebelum terjadi perdamaian Hudaibiyah Nabi Muhammad saw. Nabi bermimpi
bahwa beliau bersama para sahabatnya memasuki kota Makkah dan Masjidil Haram
dalam keadaan sebagian mereka bercukur rambut dan sebagian lagi mengguntingnya.
Nabi mengatakan bahwa mimpi tersebut menandakan bahwa kaum muslimin akan bisa
menjalankan ibadah umroh dengan amansejahteradan itu pasti akan terjadi. Maka
tersebarlah berita tersebut di kalangan kaum muslimin, orang-orang munafik,
Yahudi, dan Nasrani pada waktu itu. Namun kenyataan yang terjadi pada waktu yang telah ditentukan, mereka
gagal melaksanakan ibadah umroh karena ditolak oleh kaum Quraisy dan terjadilah
penanda tanganan perdamaian Hudaibiyah, maka orang-orang munafik menghina dan meremehkan Nabi dan
mengatakan bahwa mimpi Nabi yang dikatakan pasti terjadi adalah kebohongan
belaka. Umar ra. dan para sahabat juga merasa kecewa, maka ketika sahabat Umar
ra. menanyakan hal tersebut kepada Nabi,
Beliau menjawab: “ aku adalah hamba Allah dan Rasul (utusan) Nya dan Allah
tidak akan mengabaikan aku". kemudian
turunlah surat Al Fath ayat 27, yang
artinya:
“Sesungguhnya Allah akan
membuktikan kepaa Rasul Nya tentang
kebenaran mimpinya dengan sebenarnya
(yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, Insya Allah
dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang
kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Dan
Dia memberikan sebelum kemenangan itu kemenangan yang dekat”.
BAB 08 MA’RIFAT ADALAH
PEMBERIAN ALLAH KEPADA HAMBANYA
“Apabila Allah
telah membukakan bagimu suatu jalan untuk ma’rifat, maka janganlah merasa risau
atau gelisah karena amalmu yang masih sedikit. Sebab Allah tidak membukakan
bagimu, melainkan Dia akan memperkenalkan diri kepadamu. Tidakkah engkau tahu
bahwa ma’rifat merupakan pemberian Allah kepadamu dan amal ibadahmu adalah
hadiah daripadamu (kepada Allah), maka dimanakah letak perbandingan antara
hadiahmu dengan pemberian (karunia) Allah kepadamu”.
Segala
perbuatan yang terjadi pada kita adalah dari Allah dan akan kembali kepada Nya, bila seorang hamba wajib
tunduk dan patuh terhadap perintah Allah, maka ia juga diwjibkan pasrah dan
berserah diri pada taqdir dan qadha’ (ketentuan) Allah. Kewajiban kita hanya
jangan sampai berusaha untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah dan
berusaha untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Nya.
Pada
suatu waktu, Nabi Muhammad saw. Bersama kaum muslimin kembali dari peperangan
dan berhenti (istirahat) di pinggir sebuah jurang, karena kaum muslimin sedang
mengalami kepayahan dan kelelahan, mereka tidak bisa bangun pada waktu subuh
tiba, baru setelah matahari terbit mereka bangun dari tidurnya, kaum muslimin
merasa takut dan bersusah hati karena telah melalaikan shalat subuh. Lau Nabi
saw bersabda: “Allah SWT yang telah mengambil ruh kita”.
Jadi
bila tidak bisa menjalankan amal ibadah walaupun telah ada keinginan yang kuat
tapi dibelokkan pada qadha dan takdir Allah. Tak perlu merisaukan amalmu yang
hanya sedikit, sebab jika Allah telah membuka pintu ma’rifat hal itu merupakan
pertanda bahwa Allah akan memberikan anugerah kepadamu, akan menjadikan dirimu
orang yang mendekatkan diri pada Allah.
Semestinya
engkau tahu bahwa terbukanya pintu ma’rifat
dalam hatimu adalah anugerah dan kemurahan dari Allah kepadamu, bukan sebab
amalmu. Amalmu merupakan suatu hadiah yang engkau berikan kepada Allah. Apakah bisa
ditimbang antara hadiahmu yang hanya berupa amal dengan anugerah Allah yang
berupa ma’rifat, tentu sama sekali tidak berimbang, terlebih jika engkau tahu
jika semua amal erbuatanmu itu manfaatnya kembali kepadamu juga.
Yang
dimaksud terbukanya pintu ma’rifat yaitu timbulnya rasa kemantapan dalam hati
yang tertuju pada tauhid yang haqiqi, tauhid af’al, dan tauhid sifat.
BAB 09 BERANEKA RAGAMNYA KARUNIA DARI
ALLAH
“Beraneka ragamnya jenis amal perbuatan adalah dikarenakan
bermacam-macamnya karunia yang diberikan Allah kepada hamba Nya”.
Orang yang mempunyai keinginan sungguh-sungguh untuk
meningkatkan atau menyempurnakan amal ibadahnya agar dapat mencapai tigkatan
(maqam) ihsan, atau bahkan ma’rift kepada Allah sadalah dengan cara
bersungguh-sungguh dalam beramal dan beribadah.
Dalam menjalankan amal atau ibadah ini, sebagian ada yang
senang membaca Al Qur’an, ada yang shalat, mengajar mengaji, bersedekah,
membaca shalawat, silaturahim, dan lain sebagainya. Beraneka ragamnya amal
seperti ini disebabkan saat mujahadah
nafsi (memerangi hawa nafsu) dan bersungguh-sungguh menjalankan perintah
Allah, maka nur dari Allah akan hadir dalam hati orang tersebut, baik orang itu
merasa atau tidak merasa. Warid (pemberian) ini menimbulkan suasana hati yag
bermacam-macam, ada yang menimbulkan rasa takut yang sangat kepada Allah, ada
yang menimbulkan rasa cinta kepada Allah da nada yang menimbulkan rasa belas
kasih terhadap sesame makhluk Allah.
Suasana hati yang demikian dinamakan hal, hal ini akhirnya
akan menimbulkan amal-amal lahiriyah yang berbeda-bedaantara satu dengan yang
lain, seperti shalat, puasa, membaca Al Qur’an, dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar