Membahas Berbagai Masalah Agama, Tasawuf, Usuluddin, Fikih dan Lainnya.

Minggu, 29 Mei 2016

TERJEMAH DAN KAJIAN KITAB HIKAM BAB 06, 07, 08, 09 SYAIKH AHMAD IBNU ‘ATHAAILLAH AS SAKANDARY



BAB 07. JANGAN PERNAH ENGKAU MERAGUKAN JANJI ALLAH

“Jangan engkau meragukan janji Allah, dikarenakan tidak terjadinya apa yang telah dijanjikan Nya meskipun telah tiba waktunya, agar supaya tidak menjadikan cacatnya mata hatimu dan memadamkan cahaya dalam hatimu”.

Sebagai hamba Allah kita tidak pernah tahu kapan Allah akan menurunkan karunia Nya kepada kita, tetapi jika kita melihat tanda-tandanya  dan mengira bahwa telah tiba saatnya RAHMAT KARUNIA Allah turun, padahal bagi Allah belum memenuh syarat yang di kehendaki Nya, maka apabila tidak terjadi apa yang kita sangka tersebut hendaklah kita tidak ragu terhadap kebenaran janji Allah.

Sebagaimana yang terjadi pada zaman Rasulullah saw, yaitu sebelum terjadi perdamaian Hudaibiyah Nabi Muhammad saw. Nabi bermimpi bahwa beliau bersama para sahabatnya memasuki kota Makkah dan Masjidil Haram dalam keadaan sebagian mereka bercukur rambut dan sebagian lagi mengguntingnya. Nabi mengatakan bahwa mimpi tersebut menandakan bahwa kaum muslimin akan bisa menjalankan ibadah umroh dengan amansejahteradan itu pasti akan terjadi. Maka tersebarlah berita tersebut di kalangan kaum muslimin, orang-orang munafik, Yahudi, dan Nasrani pada waktu itu. Namun kenyataan yang terjadi  pada waktu yang telah ditentukan, mereka gagal melaksanakan ibadah umroh karena ditolak oleh kaum Quraisy dan terjadilah penanda tanganan perdamaian Hudaibiyah, maka orang-orang  munafik menghina dan meremehkan Nabi dan mengatakan bahwa mimpi Nabi yang dikatakan pasti terjadi adalah kebohongan belaka. Umar ra. dan para sahabat juga merasa kecewa, maka ketika sahabat Umar ra. menanyakan hal tersebut  kepada Nabi, Beliau menjawab: “ aku adalah hamba Allah dan Rasul (utusan) Nya dan Allah tidak akan mengabaikan aku". kemudian turunlah surat Al Fath ayat 27, yang artinya:
“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepaa Rasul  Nya tentang kebenaran mimpinya dengan  sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, Insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Dan Dia memberikan sebelum kemenangan itu kemenangan yang dekat”.


BAB 08 MA’RIFAT ADALAH PEMBERIAN ALLAH KEPADA HAMBANYA

“Apabila Allah telah membukakan bagimu suatu jalan untuk ma’rifat, maka janganlah merasa risau atau gelisah karena amalmu yang masih sedikit. Sebab Allah tidak membukakan bagimu, melainkan Dia akan memperkenalkan diri kepadamu. Tidakkah engkau tahu bahwa ma’rifat merupakan pemberian Allah kepadamu dan amal ibadahmu adalah hadiah daripadamu (kepada Allah), maka dimanakah letak perbandingan antara hadiahmu dengan pemberian (karunia) Allah kepadamu”.

Segala perbuatan yang terjadi pada kita adalah dari Allah dan akan  kembali kepada Nya, bila seorang hamba wajib tunduk dan patuh terhadap perintah Allah, maka ia juga diwjibkan pasrah dan berserah diri pada taqdir dan qadha’ (ketentuan) Allah. Kewajiban kita hanya jangan sampai berusaha untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah dan berusaha untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh  Nya.

Pada suatu waktu, Nabi Muhammad saw. Bersama kaum muslimin kembali dari peperangan dan berhenti (istirahat) di pinggir sebuah jurang, karena kaum muslimin sedang mengalami kepayahan dan kelelahan, mereka tidak bisa bangun pada waktu subuh tiba, baru setelah matahari terbit mereka bangun dari tidurnya, kaum muslimin merasa takut dan bersusah hati karena telah melalaikan shalat subuh. Lau Nabi saw bersabda: “Allah SWT yang telah mengambil ruh kita”.

Jadi bila tidak bisa menjalankan amal ibadah walaupun telah ada keinginan yang kuat tapi dibelokkan pada qadha dan takdir Allah. Tak perlu merisaukan amalmu yang hanya sedikit, sebab jika Allah telah membuka pintu ma’rifat hal itu merupakan pertanda bahwa Allah akan memberikan anugerah kepadamu, akan menjadikan dirimu orang yang mendekatkan diri pada Allah.

Semestinya engkau  tahu bahwa terbukanya pintu ma’rifat dalam hatimu adalah anugerah dan kemurahan dari Allah kepadamu, bukan sebab amalmu. Amalmu merupakan suatu hadiah yang engkau berikan kepada Allah. Apakah bisa ditimbang antara hadiahmu yang hanya berupa amal dengan anugerah Allah yang berupa ma’rifat, tentu sama sekali tidak berimbang, terlebih jika engkau tahu jika semua amal erbuatanmu itu manfaatnya kembali kepadamu juga.

Yang dimaksud terbukanya pintu ma’rifat yaitu timbulnya rasa kemantapan dalam hati yang tertuju pada tauhid yang haqiqi, tauhid af’al, dan tauhid sifat.


BAB 09 BERANEKA RAGAMNYA KARUNIA DARI ALLAH

“Beraneka ragamnya jenis amal perbuatan adalah dikarenakan bermacam-macamnya karunia yang diberikan Allah kepada hamba Nya”.

Orang yang mempunyai keinginan sungguh-sungguh untuk meningkatkan atau menyempurnakan amal ibadahnya agar dapat mencapai tigkatan (maqam) ihsan, atau bahkan ma’rift kepada Allah sadalah dengan cara bersungguh-sungguh dalam beramal dan beribadah.

Dalam menjalankan amal atau ibadah ini, sebagian ada yang senang membaca Al Qur’an, ada yang shalat, mengajar mengaji, bersedekah, membaca shalawat, silaturahim, dan lain sebagainya. Beraneka ragamnya amal seperti ini disebabkan saat mujahadah nafsi (memerangi hawa nafsu) dan bersungguh-sungguh menjalankan perintah Allah, maka nur dari Allah akan hadir dalam hati orang tersebut, baik orang itu merasa atau tidak merasa. Warid (pemberian) ini menimbulkan suasana hati yag bermacam-macam, ada yang menimbulkan rasa takut yang sangat kepada Allah, ada yang menimbulkan rasa cinta kepada Allah da nada yang menimbulkan rasa belas kasih terhadap sesame makhluk Allah.

Suasana hati yang demikian dinamakan hal, hal ini akhirnya akan menimbulkan amal-amal lahiriyah yang berbeda-bedaantara satu dengan yang lain, seperti shalat, puasa, membaca Al Qur’an, dan lain sebagainya.

Tidak ada komentar: