Membahas Berbagai Masalah Agama, Tasawuf, Usuluddin, Fikih dan Lainnya.

Senin, 30 Mei 2016

TERJEMAH DAN KAJIAN HIKAM BAB 10. 11, 12 SYAIKH AHMAD IBNU ‘ATHAAILLAH AS SAKANDARY



BAB 10 JIWA DARI AMAL ADALAH IKHLAS

“Amal perbuatan itu bagaikan patung yang tegak, dan ruh (jiwa) nya amal adalah terdapatnya rahasia ikhlas (ketulusan) dalam amal perbuatan itu”.

Amal perbuatan mansia itu bagaikan patung (arca) yang berdiri tegak, artinya tidak memberikan manfaat apa-apa. Lalu, ia bisa hidup bila diisi oleh ruh (jiwa) dari amal tersebut yaitu sifat ikhlas. Jadi bila bila kita beramal dengan rasa ikhlas berarti amal itu hidup, maksudnya bisa meningkatkan dan mengembangkan imannya, bisa menjadikan orang yang beramal itu semakin dekat di sisi Allah dan juga bisa diterima oleh Allah. Sebaliknya bila beramal tanpa keikhlasan, maka amal tersebut tidak bisa meningkatkan keimanan dan tidak bisa mendekatkan diri kepada Allah. Naik turunnya keimanan seseorang itu ada tandanya, seperti yang diisyaratkan dalam hadits Nabi saw, yang artinya: “ barang siapa yang merasa gembira saat berbuat kebajikan dan bersusah hati dalam berbuat keburukan, maka ia adalah orang mu’min.

Juga sabda Rasulullah saw, yang artinya: “sebagian tanda bagusnya Islam seseorang adalah ditinggalkannya sesuatu yang tidak bermanfaat”.

Keihlasan merupakan pokok dari amal perbuatan yang kita lakukan, kita perlu melatihnya dari hal yang kecil agar ikhlas itu benar-benar menjadi landasan setiap kali kita beramal. Ikhlas merupakan sesuatu yang tidak bisa dilihat dari mata dhahir, dikarenakan ia adalah perbuatan bathin, yang harus terus menerus di perbaharui agar tidak menjadi lemah.

BAB 11 SESUATU YANG DITANAM LEBIH DAHULU AKAN MENGHASILKAN BUAH YANG SEMPURNA

“Tanamlah dirimu pada tanah yang sunyi, sebab sesuatu yang tumbuh dari sesuatu yang tidak ditanam, maka tidak akan sempurna hasil (buah) nya”.

Jika dirimu menginginkan kemudahan menananmkan rasa ikhlas dalam beramal, maka dirimu harus menanamkan sifat wujud pada tanah humul (tanah kosong), karena tumbuhnya segala sesuatu yang tidak pernah ditanam pada tanah tidak akan bisa sempurna hidupnya, artinya sebagian perkara yang bisa memudahkan perbutan ikhlas dalam amalnya yaitu menempatkan dirinya pada tempat yang tidak menjadikan dirinya terkenal.

Dalam sebuah hadits dari sahabat Mu’adz bin Jabal, Rasulullah saw bersabda yang artinya:
“Sesungguhnya sedikitnya riya’ itu sudah termasuk syirik. Dan siapa yang memusuhi seorang waliyullah, berarti telah melawan dengan memerangi Allah. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang yang taqwa, yang tersembunyi (tidak terkenal), yang bila tidak ada  tidak dicari, dan bila hadir tidak dipanggil dan tidak dikenal. Hati mereka sebagai hidayah, mereka terhindar dari segala kegelapan kesukaran”.  

BAB 12 UZLAH (MENYEPI) AKAN MEMBAWA KE MEDAN TAFAKKUR

“Tiada suatu  yang bermanfaat bagi hati (jiwa) sebagaiman ‘uzlah, yang akan memasukkan pada medan berfikir”.

‘Uzlah yaitu menyendiri dari pergaulan mastyarakat. Tafakkur yaitu memikirkan segala ciptaan Allah yang sangat mengagumkan, memikirkan bagaimana keadaan alam baezah dan alam akhirat, dalam tubuh ada akal, dalam ruh ada khaathir  (keinginan). Bagaimana dan kapan kita menghadapi malaikat ‘Izrail, bagaimana keadaan orang yang mati di alam barzah bagaimana keadaan dunia ini yang begitu cepat berubah dan seterusnya.

Pada akhirnya, berpikir pada saat ‘uzlah (menyendiri) tersebut bisa menimbulkan perubahan yang  mengarah pada pembersihan hati dari akhlak yang tercela (jelek) dan menjadi penyakit dalam hati dan kemudian berupaya untuk menghiasi hati dengan akhlak yang terpuji. Jadi bila dalam ‘uzlah itu tidak menggunakan pemikiran yang menimbulkan akhlak terpuji, maka ‘uzlah tersebut tiada gunanya.

Dalam bab ‘uzlah dan mukhalathah (bergaul dengan masyarakat) ini memerlukan pertimbangan yang luas dan rumit. Sebab, keduanya  itu mengandung faedah yang tidak sedikit dan juga mengandung penyakit yang tidak sedikit pula.

Tidak ada komentar: