Membahas Berbagai Masalah Agama, Tasawuf, Usuluddin, Fikih dan Lainnya.

Minggu, 26 Juni 2016

TASHAWUF: KAJIAN KITAB AL HIKAM BAB 39, 40, 41, 42 SYAIKH AHMAD IBNU ‘ATHAAILLAH AS SAKANDARY

BAB 39 SEGALA PEMBERIAN BERASAL DARI ALLAH

“Jangan engkau melampaui niat tujuanmu kepada yang selain Allah. Karena sungguh Dzat Yang Maha Mulia (Allah) itu tidak dapat dilangkahi oleh suatu harapan (angan-angan)”.

Kalau kita memohon sesuatu kepada selain Allah, jangan sampai permohonan itu melampaui batas, karena Allah adalah dzat yang maha pemurah. Boleh meminta kepada selain Allah, tetapi kita tidak boleh percaya bahwa selain Allah itulah yang memberi, kita harus berkeyakinan bahwa Allah lah yang memberi dengan perantaraan orang yang kita mintai tersebut.

BAB 40 ALLAH YANG MEMENUHI SEGALA HAJAT (KEBUTUHAN) MANUSIA

“ Jangan mengadu (meminta) hajat kepada selain Allah, sebab Allahlah yang memberi (menurunkan) hajat itu kepadamu. Maka bagaimanakah sesuatu selain Allah akan dapat menyingkirkan sesuatu yang telah diletakkan oleh Allah. Siapa yang tidak bisa menyingkirkan bencana yang menimpa dirinya sendiri, maka bagaimanakah akan dapat menyingkirkan bencana dari yang lainnya”.

Bila terjadi suatu bencana yang menimpa dirimuhingga engkau membutuhkan suatu pertolongan, maka jangan mengharap kepada selain Allah, karena segala sesuatu selain Allah juga mempunyai hajat (kebutuhan) seperti engkau. Ia tidak memenuhi hajatnya tanpa pertolongan Allah, maka bagaimana mungkin ia dapat memenuhi hajatmu.

‘Atha Al Khurasani berkata: “ Saya bertemu dengan wahb bin munabbih di suatu jalan, maka kemudian saya berkata kepadanya: “ Ceritakanlah suatu hadits yang dapat saya ingat, tetapi persingkatlah”. Maka wahb bin munabbih berkata: “ Allah telah memberi wahyu kepada nabi Dawud as. : “Hai Dawud, demi kemuliaan dan kebesaran Ku, tiada seorang hamba Ku yang minta pertolongan kepada Ku dengan sungguh-sungguh kepada Ku dan tidak pula pada selain Ku, Aku mengetahui yang demikian dari niatnya, kemudian orang itu akan diperdaya oleh penduduk langit yang tujuh dan bumi yang tujuh, melainkan Aku pasti akan menghindarkannya dari semua itu. Sebaliknya demi kemuliaan dan kebesaran Ku, tiada seorang yang berlindung kepada seorang makhluk Ku, tidak kepadaku dan Aku ketahui yang demikian dari niatnya melainkan Aku putuskan ia dari rahmat yang dari langit, dan Aku longsorkan bumi di bawahnya, dan Aku biarkan ia dalam lembah jurang yang mana ia akan binasa.”

BAB 41 BERBAIK SANGKA TERHADAP ALLAH

“ Jika engkau tidak berbaik sangka terhadap Allah karena sifat-sifat Allah yang baik, maka berbaik sangkalah kepada Allah karena karunia (pemberian) Nya kepadamu. Bukankah Ia selalu memberikan rahmat dan karunia Nya kepadamu? ”.

Berbaik sangka kepada Allah ada dua macam, yaitu:
·                Berbaik sangka kepada Allah karena sifat-sifat Nya yang bagus dan indah. Seperti, sifat pemurah, pengasih, penyayang, pemberi ampunan dan lain sebagainya.
·                Berbaik sangka karena anugerah dan karunia Allah yang telah diberikan kepada hamba Nya pada setiap waktu, setiap jam dan setiap menit.

Saat seorang hamba benar-benar berbaik sangka kepada Allah, orang tersebut akan mempunyai rasa cinta kepada Allah dan berserah diri sepenuh hati kepada Allah, ini jika berbaik sangkanya karena sifat-sifat Allah yang agung, tapi bila berbaik sangkanya karena anugerah dan karunia Allah, orang tersebut akan selalu bersyukur atas ni’mat Allah dan selalu mengharapkan datangya fadhal dan rahmat dari Allah semata.

BAB 42 LARI DARI ALLAH TANDA BUTANYA MATA HATI

“ Keajaiban yang sangat mengherankan (ajaib) terhadap orang yang lari dari apa yang sangat dibutuhkan, dan tidak dapat lepas daripadanya, dan berusaha untuk mencari apa yang tidak akan kekal padanya. Sesungguhnya bukan mata kepala yang buta, melainkan yang buta ialah mata hati yang ada di dalam dada “.

Bila ada orang yang dalam hidupnya melarikan diri dari Allah, tidak mau melakukan perbuatan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, tetapi justru kehidupannya digunakan untuk mencari sesuatu yang tidak bisa kekal, hal ini muncul dikarenakan butanya mata hati yang ada di dalam dada.ia mengutamakan bayangan daripada hakikat, mengutamakan yang sementara dan meninggalkan yang kekal abadi, dan mengutamakan yang rusak daripada yang kekal untuk selamanya. Itulah tanda dari buta mata hati. Maka berwaspadalah dan teruslah bermuhasabah barangkali kita tergolong orang yang demikian itu. Na’udzu billah.

Tidak ada komentar: