BAB 51 JANGAN MEMBESAR-BESARKAN DOSA
“Jangan sampai terasa bagimu
kebesaran suatu dosa itu, hingga dapat menghalangimu dari husnudz hdzhon (baik
sangka) terhadap Allah, sebab barang siapa yang benar-benar mengenal Allah,
maka akan menganggap kecil dosanya dibanding dengan kemurahan Allah”.
Jika engkau melakukan dosa, jangan
pernah menganggap dosa tersebut sangat besar hingga menghalangimu berbaik
sangka terhadap Allah. Karena meninggalkan berbaik sangka pada Allah adalah
sebagian dari dosa besar.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw
bersabda: “Ada dua perbuatan baik yang selainnya tidak ada yang mengunggulinya,
yaitu berbaik sangka kepada llah dan berbai sangka kepada hamba Allah. Dan dua
hal yang tidak ada yang melebihi keburukannya yaitu berburuk sangka kepada
Allah dan berburuk sangka kepada hamba Allah”.
Sebagian ulama berkata: ada lima hal yang
berhubungan dengan dosa, yang lima hal tersebut lebih besar daripada dosanya,
yaitu:
·
Menganggap besar dosanya sehingga berburuk
sangka pada Allah bahwa dosanya todak mungkin terampuni.
·
Meremehkan (menganggap kecil) dosa.
·
Senantiasa mengulangi perbuatan dosa.
·
Melihat perbuatan dosa tapi tidak mau
mencegahnya.
·
Berani (tidak merasa malu) untuk berbuat dosa.
Sebaliknya, menganggap besar suatu
dosa yang tidak mengahalangi berbaik sangka kepada Allah tidaklah dilarang,
bahkan itulah yang di anjurkan, karena menganggap besarnya dosa itu menyebabkan
penyesalan dan keperihatinan.
BAB 52 NILAI DOSA DI SISI ALLAH SWT
“Tidak ada dosa kecil jika Allah
menghadapi engkau dengan keadilan Nya, dan tidak ada dosa besar jika Allah
menghadapimu dengan karunia Nya”.
Jika engkau melakukan suatu dosa,
maka pandanglah sifat adil dan pemurah Allah. Jangan engkau memandang dosamu
dan mencela dirimu, baik itu dosa besar maupun kecil, karena kita tidak mengerti dengan sifat apa Allah menimpakan dosa
pada kita, apakah sifat adil ataukah pemurah Allah.
Jika memandang sifat adil Allah,
semua dosa kita adalah dosa besar, tidak ada dosa kecil. Dan jika memandang
sifat pemurah Allah semua dosa kecil.
Yang dinamakan adil yaitu apa yang menjadi hak orang yang memiliki tanpa ada yang
bisa menentang. Berjalannya dunia ini dikuasai oleh Allah tanpa ada yang bisa
menentang. Karena segala sesuatu itu dari Allah dan akan kembali kepada Allah.
Sedangkan fadhal yaitu menghadapi
dengan memberikan apa yang menyenangkannya tidak karena suatu sebab.
BAB 53 AMAL YANG BISA DITERIMA OLEH ALLAH SWT
“Tiada suatu amal kebaikan yang
bisa diharapkan diterima oleh Allah, melebihi dari amal yang ghaib (samar)
dalam pandangannnyadan terhina (remeh) dalam pandanganmu kejadiannya”.
Suatu amal tidak bisa engkau
harapkan akan diterima oleh Allah swt. Kecuali bila dalam beramal engkau tidak
memandang amal tersebut dikarenakan memandang Dzat yang menggerakkanmu
melakukan amal tersebut (yaitu Allah) dan engkau menganggap remeh amal tersebut
sebab kurangnya tata krama kepada Sang pemilik alam semesta.
Singkatnya engkau merasa sembrono
dalam beramal dan memandang bahwa amal perbuatanmu tersebut adalah anugerah
dari Allah.
BAB 54 TUJUAN ALLAH MEMBERIKAN WARID
“Sesungguhnya Tuhan memberikan
kepadamu suatu pemberian (warid), hanya semata-mata supaya engkau mendekat
kepada sang pemberi warid (yaitu Allah)”.
Yang dimaksud warid yaitu sesuatu yang turun dalam hati den bisa mendorong
seseorang untuk meninggalkan apa yang menjadi kebiasaan, juga bisa membuat
orang tersebut mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan ke Tuhanan Allah swt.
Tujuan Allah menurunkan warid ialah agar orang tersebut kembali
menghadap pada penciptanya, jadi sebab warid tersebut orang lalu menghadap pada
Allah.
“Allah memberikan kepadamu warid
itu semata-mata untuk menyelamatkanmu dari cengkeraman aghyar (sesuatu selain
Allah), dan membebaskan dari perbudakan atsar (makhluk Allah)”.
Jika Allah menurunkan warid
kepadamu, tujuannya adalah untuk menyelamatkanmu dari cengkeraman dunia serta
membuatmu terbebas dari perbudakan ciptaan Allah, sehingga dirimu tidak
bergantung dan mengandalkan pada segala sesuatu selain Allah.
Bisa dikatakan bahwa setiap orang
adalah budak dunia, mereka kesana kemari untuk menuruti dan mengejar keinginan
hawa nafsu serta segala sesuatu yang dianggap bisa menyenangkan atau
membahagiakan hatinya dalam hidup di dunia ini. Sungguh beruntung sekali orang
yang mendapatkan warid dari Allah.
“Allah memberikan kepadamu warid
supaya engkau keluar dari kurungan bentuk (wujud) m, ke alam luar yang berupa
syuhud (memandang kebesaran Tuhan)”.
Allah memberikan warid kepadamu
tujuannya adalah untuk mengentaskan dirimu dari wujudmu – yang diumpamakan
seperti penjara (kurungan) – menuju syuhud (pandangan tentang kebesarang Allah)
yang sangat luas.
Jika manusia belum dibukakan mata
hatinya sehingga bisa memandang segala sesuatu yang samar (ghaib) yang sangat
luas, ia sama dengan di penjara dan selalu dikepung di kanan dan kirinya. Tpi
jika sudah dibukakan mata hatinya sampai mengetahui segala sesuatu yang ghaib
(samar), manusia dapat memahami bermacam-macam hakikat adanya dunia dan
akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar